Selasa, 23 Maret 2010

Santri Indigo

Santri Indigo
Dengan semangat untuk andil mengembangkan lembaga pesantren, harian Republika menggandeng PT Telkom Indonesia tbk menyelenggarakan pelatihan internet untuk pesantren disejumlah kota.
Hingga kini, pesantren masih saja acap dinilai sebagai sekolah para santri yang sebatas mempelajari tentang seluk beluk agama Islam. Hasilnya, mereka adalah kaum bersarung dan berkerudung yang hanya pandai mengaji. Demikian tudingan yang masih saja berkembang dalam kehidupan keseharian.
Namun kenyataannya, sekarang pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mempelajari agama Islam bersamaan dengan pengetahuan umum melalui metoda yang terpadu. Tak heran kalau belakangan, alumni pesantren banyak yang menjadi pimpinan lembaga negara, ormas besar hingga sukses sebagai pebisnis handal.
Dengan semangat untuk andil mengembangkan lembaga pesantran, harian Republika mengandeng PT Telkom Indonesia tbk menyelenggarakan pelatihan internet untuk pesantren di sejumlah kota. Inilah tanggung jawab sosial atau dikenal sebagai CSR (Corporate Social Responsibility) Telkom-Republika yang dipopulerkan sebagai program Santri Indigo.
Indigo sendiri merupakan singkatan dari Indonesia Digital Community. Dan sesuai dengan keinginan Telkom-Repuublika membuat kehidupan pesantren lebih modern maka program tersebut diperkenalkan sebagai Santri Indigo.
Sepanjang 2008 program Santri Indigo telah dilaksanakan di enam pondok pesantren, yakni Pondok Pesantren Al-Hamidiyah Depok, Pondok Pesantren Al-Ikhsan Balendah Bandung, Pondok Pesantren Daar-El Qolam Tangerang Banten, Pondok Pesantren Darussalam Ciamis Jawa Barat, Pondo Pesantren Kempek Palimanan-Cirebon, dan Pondok Pesantren Alquran KH Abdullah Syafie, Pulo Air, Sukabumi Jawa Barat.
Kegiatan Santri Indigo berupa pelatihan dan motivasi kepada santri atas pentingnya internet untuk berdakwah. Mereka mendapat pelatihan, mulai cara mengakses internet, belajar menggunakan internet, dan membuat web blog di internet. Pendeknya mereka mendapat paradigma baru sehingga nantinya dapat berdakwah melalui dunia cyber.
Pelatihan internet di pesantren yang disebut pula wahana syiar digital ini telah menghasilkan alumni sebanyak 450 santri dalam enam angkatan. Setiap angkatan diikuti 75 peserta, terdiri 60 santri dan 15 ustad yang berasal dari 21 pesantren dan sekolah Aliyah di kota-kota terpilih tersebut.
Kegiatan Santri Indigo selalu diawali dengan motivasi yang diberikan para pejabat atau sejumlah tokoh tentang wawasan teknologi kepada santri. Tujuannya, para santri akan meyakini pentingnya internet untuk dakwah global. Di Depok misalnya, walikota Depok H Nurmahmudi Ismail degan semangat memberi dorongan kepada para santri untuk berdakwah di dunia internet. Di Ciamis, Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan mendorong agar santri tidak gagap teknologi dan dapat mengikuti laju perkembangan teknologi mutahir internet. Di Pesantren Kempek - Palimanan Cirebon, Prof Jimly Assidiqque menyampaikan wawasan tentang teknologi cyber dan memamerkan kepiawaiannya teknologi internet saat memberi kuliah kepada mahasiswanya yang ada di seluruh Indonesia. Tak kalah bersemangat adalah Indra utoyo, Direktur IT & Suplay PT Telkom Indonesia Tbk. Indra idak pernah absen dalam setiap pelatihan Santri Indigo. Dia selalu memberi wawasan tentang pekembangan teknologi komputer dan komunikasi. ''Semuanya semakin simpel, internet bagaikan jendela untuk melanglang buana di dunia maya,'' demikian Indra pada banyak kesempatan.
Untuk memperkaya inspirasi para santri tentang dunia digital, pelatihan Santri Indigo juga selalu menghadirkan selebriti. Mereka tak saja berbagi tentang kisah suksesnya sebagai public figure namun juga menyampaikan betapa internet menjadi salah satu wahana berkomunikasi hingga mampu membesarkan nama mereka.
Menguasai teknologiSepanjang pelatihan, memang terdapat beberapa pesantren yang belum mengenal betul internet. Namun faktanya, justru lebih banyak santri yang telah memiliki pengalaman dan menguasai teknologi tersebut. Bahkan beberapa santri segera memasukan rumus fisika demikian mereka berhasil membuat blog yang diajarkan dalam pelatihan Santri Indigo. Contoh lainnya, mereka langsung melakukan dahwah melalui media cyber, selesai mengikuti pelatihan tersebut.
Fenomena ini jelas menggembirakan. Karena diharapkan para santri itu nantinya akan mampu membendung akibat buruk yang belakangan menyertai perkembangan internet. Faktanya sekarang media internet telah menjadi wahana efektif untuk menyebarkan kebencian dan permusuhan agama hingga munculnya jutaan situs.
Program Santi Indigo kembali akan digulirkan pada 2009 ini. Ini penting mengingat belum semua pondok pesantren memberi porsi cukup untuk pendidikan teknologi informasi. Karena alasan itu pula maka pelatihan Santri Indigo juga selalu menyertakan pelajaran tentang blog.
Blog, Pilihan Mudah dan Murah
Mendukung potensi santri berdakwah, maka dalam pelatihan Santri Indigo selalu diajarkan membuat blog. Itu karena cara tersebut merupakan piliihan termudah dan murah. Berikut sejumlah alasan lain mengapa pembuatan blog menjadi penting dalam program CSR Telkom-Republika ini.
Para blogger (istilah pengguna web blog) tidak perlu memahami bahasa pemrograman web base. Dengan sedikit pengetahuan tentang komputer, para santri telah bisa menjadi pemilik web blog dan siap berdakwah di internet.
Para blogger tidak perlu belajar tentang desain web, karena para provider web blog telah menyediakan berbagai desain yang menarik
Halaman web blog dibangun berdasarkan komponen, setiap komponen memiliki fungsi masing-masing, pengguna bisa memilih komponen apa saja yang akan menjadi bagian isi dari web blog-nya. Dengan teknologi ini para blogger tinggal click and drop setiap komponen dan siap diisi dengan konten yang sesuai.
Dengan web blog, para blogger tidak perlu sewa tempat (hosting), tak harus membeli dan membayar iuran domain. Pokonya, semua gratis.
Bagi yang belum banyak menguasai bahasa Inggris, ada provider web blog yang juga menyediakan pengantar dengan bahasa Indonesia. (S.Riyanto)
Red: Republika Newsroom